Setiap manusia punya rasa yang sama; ingin dihargai, ingin disayangi, dan ingin diterima apa adanya. Apalagi di rumah, karena rumah adalah tempat diri seapa-adanya, melepaskan segala jubah dan topeng peran untuk menjadi pribadi yang sesuai kecenderungan dirinya.
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah seorang pribadi yang lemah-lembut dan tidak pernah berlaku angkuh. Usai Rasulullah mangkat pada 11 H (632 M), Abu Bakar As-Shiddiq diangkat menjadi khalifah pertama Islam dalam Kekhalifahan Rasyidin.
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil,
“Aku lalu mendatangi Beliau dan bertanya “Siapa manusia yang paling engkau cintai?” Beliau bersabda, ”Aisyah” aku berkata, Kalau dari lelaki?” beliau menjawab, “Ayahnya (Abu Bakar)” aku berkata, “Lalu siapa?” Beliau menjawab, “Umar” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ada banyak alasan kenapa Aisyah dan Abu Bakar menjadi orang yang paling dicintai Rasulullah.
Pengorbanan untuk membawa kebenaran sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Az-Zumar [39]: 33)
Kebenaran Al-Qur’an dan Hadits menjaga kita dari kesesatan dan penyimpangan, baik yang terjadi karena ajaran nenek-moyang maupun dari kelaziman masyarakat yang menjadi pemakluman yang salah kaprah karena banyak orang melakukannya.
Banyak orang melakukan belum tentu merupakan sebuah tanda kebenaran. Namun rida siapa yang hendak kita tuju? Walaupun ada yang menjatuhkan dengan kata-kata sok suci ataupun sok benar, namun pertolongan Allah yang kita harapkan. Bukan artinya kita tidak pernah berbuat dosa, namun kita berusaha memperbaiki diri untuk hijrah di jalan Allah dengan pertolongan Allah.
“Kullu Bani Adam Khotto” Sebuah Hadist yang masyhur sering kita dengar; dari sahabat Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Seluruh anak Adam itu bersalah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah mereka yang senantiasa bertaubat.”
(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, ibnu Majah, imam Ahmad, Ad Darimi, Al Hakim, Al Baihaqi dll. Semua riwayat tersebut berporos di Ali bin Mas’adah, dari Qatadah)
Jika Allah mau menolong kita, siapapun tak bisa mencelakai kita, namun jika Allah sudah lepas tangan, siapa yang akan menolong kita? Hasbunallah wa ni’mal wakil, artinya: cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami.
Kepada manusia, tirulah akhlak para Anbiya dan sahabat: untuk memberi (apa yang kita bisa), sabar dalam menasihati, lemah-lembut, serta mendoakan. Perilaku lebih bermakna daripada sekadar kemasan kata-kata saja. Utamakan untuk menjalankan tugas, kewajiban, serta tanggung jawab serta jadilah pribadi mandiri yang mencukupkan Allah. Maka, Allah yang akan menolong.
Yakinlah bahwa pertolongan Allah itu dekat. Ingat-ingat kisah para Anbiya bagaimana mereka diuji dengan kesengsaraan yang luar biasa, kesempitan hidup, dikhianati dan dijatuhkan sedemikian rupa. Namun, di saat-saat terakhir ada Allah yang menolong mereka. Allah menolong karena mereka telah bertawakkal dengan sebenar-benarnya. Mereka mengakui kelemahan mereka dan kebesaran Allah. Jika kita sudah tawakkal dengan murni, di situlah ujian diangkat dan pertolongan Allah tiba.
Ingatlah bahwa malam akan berganti pagi, dan hujan akan reda dan berganti pelangi. Maka tidaklah kita perhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah dalam kehidupan?
Janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah. Karena sesungguhnya rahmat Allah begitu banyak kepada diri kita. Berikanlah akhlak yang terbaik pada manusia sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita.
Wallahu a’lam bishowab.
Link: Berikan Akhlak Terbaik
Wordpress: kajianilma
Instagram: ilmapratidina